#MlayuNdalu #NightRunning Sebagai
Program Reguler
L-Men Community Yogyakarta
Bangga
sebagai warga Jogja yang ingin mempopulerkan gaya hidup sehat ala anak muda
namun juga menjunjung kebudayaan. Pada tanggal 22 Agustus 2013 sekaligus
momentum Syawalan bagi anggota keluarga komunitas ini kami menyelenggarakan
#MlayuNdalu atau #NightRunning , olahraga lari di malam hari. Begitu
menggelitik telinga warga Jogja mendengar “Mlayu Ndalu” terlebih dengan style
kami dengan headlamp yang dipasang di dahi dan begitu semarak dengan warna
pakaian olahraga lari lengkap dengan sepatu ramai bersorak di malam hari.
Memecahkan dinginnya malam setelah redupnya senja di tanah Jogja.
Pada
kesempatan saat itu master point kami adalah Alun-alun Selatan. Satu demi satu
peserta Mlayu Ndalu datang, pastinya dengan senyum sapa dan semangatnya. Rute
Mlayu Ndalu kedua ini adalah mengitari wilayah Keraton Yogyakarta yaitu
Alun-alun Selatan menuju ke Alun-alun Selatan kemudian kembali lagi ke
Alun-alun Selatan. Tentunya dengan melewati Jalan Wijilan tempat bisa kita
jumpai makanan khas Jogja yaitu Gudeg Wijilan, melewati Keraton Yogyakarta
istana megah raja Jogja Hamengkubuwono X dan juga melewati Taman Sari Istana Kolam
sebelum sampai ke Alun-alun Selatan.
Dari
Mlayu Ndalu pertama yang kami adakan pada buka Juli, sudah banyak pertanyaan
mengapa harus lari malam-malam. Pada kesempatan kali ini L-Men Community
Yogyakarta (@LMenJogja) ingin memperkenalkan bahwa sebenarnya olahraga tidak
melulu bisa dilakukan di pagi atau sore hari namun juga bisa dilakukan pada
malam hari. Terlebih apabila dari pagi hingga sore hari kita telah disibukkan
oleh dengan sekolah, kuliah atau pekerjaan kita, waktu yang bisa kita
manfaatkan adalah malam hari. “Kesibukan Sudah Bukan Jadi Alasan Kita Tidak
Berolahraga” itulah yang ingin juga kami sampaikan kepada masyarakat Jogja.
Sengaja kami memilih rute yang ramai akan kerumunan orang dulu yaitu melintasi
Malioboro pada Mlayu Ndalu kedua kami memilih Alun-alun yang juga merupakan
icon dari Kota Yogyakarta.
Sekaligus
juga ingin mengenalkan objek-objek wisata maupun budaya di Yogyakarta yang bisa
dinikmati di malam hari, akan menjadi sarana yang sangat pas juga ketika
diikuti oleh wisatawan baik domestik maupun asing sedangkan untuk warga Jogja
sendiri juga bisa lebih memahami bahwa pentingnya kita memelihara budaya kita
sendiri yang kemudian bisa kita jual sebagai komoditas wisata memperkenalkan
inilah Jogjakarta, inilah Indonesia.
Sebelum pulang kami pun
masih melanjutkan dengan untuk sekadar beristirahat menikmati malam di
Alun-alun Selatan yang begitu ramai akan hiruk pikuk warga Jogja dan para
wisatawan. Sengaja kami memesan wedhang ronde, minuman khas Jogja,
wedhang(minuman panas) jahe dengan kolang-kaling, kacang tanah, ronde
(bola-bola tepung beras), namun yang istimewa malam itu adalah wedhang jahenya
dari Nutrisari W’dang (@W_dank), aroma jahe yang lembut, menghangatkan dan yang
pasti Indonesia banget. (rr)